Kamis, 12 April 2012

Farmakologi - Anastesi (Materi Kebidanan dan Umum)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani an yaitu "tidak, tanpa" dan aesthētos yaitu "persepsi, kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada tahun 1777, dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogen-oksida dalam menghilangkan rasa sakit.
Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada pasiennya saat dicabut giginya.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anastesi?
2. Apa saja macam-macam anastesi?
3. Apa efek samping dari pemberian anastesi?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi dari anastesi?
5. Berapa dosis yang diberikan ?

C. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan anastesi.
2. Kita dapat mengetahui macam-macam dari anastesi.
3. Agar kita dapat mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari anastesi.
4. Agar kita dapat mengetahui berapa dosis yang diberikan
5. Kita dapat mengetahui efek samping dari anastesi.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anastesi
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani an yaitu "tidak, tanpa" dan aesthētos yaitu "persepsi, kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846..
Sejarah Anestesi
Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada tahun 1777, dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogen-oksida dalam menghilangkan rasa sakit.
Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran gigi di Baltimore College of Dental Surgery. Morton meneruskan kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa sakit.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.
Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat anestesi telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia. Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing mengklaim zat anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter bernama Crawford W. Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun 1842, empat tahun sebelum Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah menggunakan eter di setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya mempraktikkan untuk pasien-pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala, dokter Long tetap menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
B. Macam-Macam Anastesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:
• Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934).
• Benzodiazepine Intravena
• Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
• Etomidate (suatu derifat imidazole)
• Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai 'Debu Malaikat'/'PCP' (phencyclidine)
• Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)
• Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane, sevoflurane
• Opioid-opioid sintetik baru - fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil, sufentanil (1981), remifentanil, meperidine
• Neurosteroid
Beberapa tipe anestesi adalah:
1. Pembiusan total — hilangnya kesadaran total
2. Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
3. Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya
Anastesi Umum
Anastesi umum, adalah jenis anastesi (obatnya yang menyebabkan hilangnya sensasi). Hal ini digunakan untuk menghilangkan rasa sakit selama prosedur pembedahan. Anastesi umum benar-benar membuat kehilangan kesadaran sehingga opersai dapat dilakukan tanpa menyebabkan rasa sakit atau tertekan.
Anastesi Lokal
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran. Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
Macam-macam Anestesi Lokal
a. Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-ujung serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.
b. Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
c. Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.
Syarat Obat Anestesi Lokal
a. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
b. Batas keamanan harus lebar.
c. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa.
d. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama.
e. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.

C. Rangkaian Kagiatan Anastesi
. Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:
a) Mempertahankan jalan napas.
b) Memberi napas bantu.
c) Membantu kompresi jantung bila berhenti.
d) Membantu peredaran darah.
e) Mempertahankan kerja otak pasien.
Mekanisme Anestesi Lokal
1. Anastesi Lokal mencegah timbulnya konduksi impuls saraf.
2. Meningkatkan ambang membran, eksitabilitas berkurang dan kelancaran hantaran terhambat.
3. Anastesi Lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi ion Na & K dalam keadaan istirahat.
4. Meningkatkan tegangan permukaan selaput lipid molekule \

D. Efek Samping Anestesi
Meski demikian, sampai dengan tahun 1950, efek samping berbahaya dari anestesi banyak ditemui, misalnya saja gangguan irama jantung, gangguan pernapasan, tekanan darah rendah, mual, dan muntah.
Teknik anestesi modern memungkinkan para pasien bisa melakukan dioperasi dengan aman dan efek samping yang minimal. Seiring perkembangan pengetahuan, anestesi kini juga semakin efektif, bekerja cepat dan bisa dihentikan. Dokter juga bisa memilih anestesi lokal atau total. Namun, terkadang masih sering didengar cerita mengenai orang yang dibius total bisa mengingat apa yang terjadi di ruang operasi atau percakapan para dokter di ruang operasi. Beberapa juga mengaku bertemu dengan keluarganya yang sudah almarhum ketika mereka dalam kondisi tidak sadar. Misteri ini sampai sekarang belum dimengerti penyebabnya.
Riset yang dilakukan National Insitute of Health mengidentifikasi beberapa komponen yang sering dipakai dalam anetesi, yakni zat penenang, penghilang sakit, penghilang ingatan (amnesia), ketidaksadaran, serta zat penghilang gerakan.
Kini para ilmuwan juga telah mengembangkan obat-obatan yang bisa menyediakan salah satu atau beberapa elemen tersebut secara terpisah sehingga para dokter anestesi bisa membuat regimen penghilang sakit yang disesuaikan dengan pasien dan prosedur yang dilakukan.
Tugas para dokter anestesi sebenarnya bukan hanya mmebuat pasien "tertidur", tetapi juga membantu pasien pulih dari operasinya. Apalagi, proses membuat pasien "tertidur" dan bangun kembali sangatlah berbeda. Meski anestesi masa kini sudah semakin aman, para ilmuwan terus mencari formula anestesi terbaik. Hal tersebut bertujuan mendesain anestesi yang spesifik dan efektif untuk tiap pasien.
Riset dalam bidang anestesi juga diharapkan bisa menguak misteri tentang sakit, memori, kondisi seperti epilepsi dan koma, serta dunia bawah sadar.
Beberapa efek samping anastesi yang mungkin termasuk :
a. Merasa sakit dan muntah setelah operasi – sekitar 1 dari 3 orang mungkin merasa sakir setelah operasi, hal biasanya terjadi secara langsung. Beberapa kasus mungkin akan terus merasa sakit sampai berhari-hari.
b. Mengigil dan perasaan dingin – sekitar 1 dari 4 orang akan mengalami ini. Mengigil dapat berlangsung selama 20 – 30 menit setelah operasi. Kebingungan dan kehilangan memory – ini lebih umum pada orang tua dan biasanya bersifat sementara. Kebingungan kadang-kadang terjadi beberapa hari atau seminggu.
c. Infeksi – ini dapat terjadi 1 dari 5 orang yang menjalani operasi perut. Ini membuat perasaan demam (panas dan dingin) dan menyebabkan kesulitan bernafas.
d. Masalah kandung kemih – pria mungkin mengalami kesulitan buang air kecil dan perempuan mungkin bocor urin, ini lebih umum setelah anastesi spinal atau epidural.
e. Kerusakan saraf ringan sementara – ini dapat mempengaruhi 1 dari 100 orang dan menyebabkan mati rasa, kesemutan atau nyeri yang mungkin pulih dalam beberapa hari atau beberapa minggu untuk menghilangkannya.
f. Rasa pusing – dapat terjadi setelah operasi Anda, tetapi anda akan diberikan cairan untuk mengobati memar dan rasa sakit dapat berkembang di daerah di bagian yang telah disuntik atau diinfus, biasanya sembuh tanpa pengobatan selama operasi.
Keefektifan anestesi lokal tergantung pada :
a. Potensi analgesik dari agen anestesi yang digunakan.
b. Konsentrasi agen anestesi lokal.
c. Kelarutan agen anestesi lokal dalam : air ( misalnya : cairan ekstraseluler ) dan lipoid ( misalnya : selubung mielin lipoid ).
d. Persistensi agen pada daerah suntikan tergantung baik pada konsentrasi agen anestes lokal maupun keefektifan vasokonstriktor yang ditambahkan.
e. Kecepatan metabolisme agen pada daerah suntikan.
f. Ketetapan terdepositnya larutan dan dekat saraf yang akan dibuat baal.
g. Tergantung pula pada keterampilan operator dan variasi anatomi
Sering terjadi pasien ternyata dapat merasa dan sadar dari pengaruh bius akibat obat pembius yang tidak bekerja dengan efektif. Secara statistik, Dr. Peter Sebel, ahli anestesi dari Universitas Emory yang dikutip Time terbitan 3 November 1997 mengungkapkan bahwa dari 20 juta pasien yang dioperasi setiap tahunnya di Amerika Serikat, 40.000 orang mengalami gejala siuman tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, dalam pertemuan tahunan sekitar bulan Oktober 1997, Persatuan Dokter Ahli Anestesi Amerika ditawari suatu alat yang disebut Bispectral Index Monitor yang akan memberi peringatan bahwa pasien yang sedang dioperasi mengalami gejala siuman atau menjelang "bangun dari tidurnya".Penemu alat tersebut adalah Dr. Nassib Chamoun, seorang dokter ahli saraf (neurologist) asal Yordania. Dengan menggunakan prinsip kerja dari alat yang sudah ada, yaitu piranti yang disebut EEG (Electroencephalography). Alat yang ditemukan Dr. Chamoun itu mampu memonitor potensi listrik yang ditimbulkan oleh aktivitas "jaringan otak manusia".
Alat ini dapat menunjukkan derajat kondisi siuman pasien yang sedang menjalani suatu pembedahan. Angka "100" menunjukkan pasien dalam keadaan "siuman sepenuhnya". Bila jarum menunjukkan angka "60" berarti pasien dalam kondisi "siap untuk dioperasi". Angka "0" menandakan pasien mengalami "koma yang dalam".
Dengan mengamati derajat siuman dari alat ini, dokter anestesi dapat menambahkan obat pembiusan apabila diperlukan, atau memberikan dosis perawatan kepada pasien yang telah mengalami kondisi ideal untuk dilakukan operasi. Di samping itu, dokter bedah dapat dengan tenang menyelesaikan operasinya sesuai rencana yang telah ditetapkan.

E. Indikasi / Kontraindikasi Obat Anastesi
Indikasi Anastesi Lokal
1. Tindakan pembedahan yang menyebabkan rasa nyeri seperti pencabutan gigi,gingivektomi, bedah periodontal,pulpektomi, poulpotomi, alveloplasty, bonegrafting, implant gigi, gingivoplasti, perawatan fraktur rahang, pengembalian gigiavulse, removal tumor dan kista.
2. Mengurangi rasa nyeri saat penetrasi jarum pada mukosa mulut ( untuk anestesitopical).
3. Inisisi abses.
4. Pasien yang sangat sensitive mencetak rahang
5. Mengurangi nyeri pasca operasi
Kontraindikasi Anastesi Lokal
a. Adanya infeksi akut pada daerah operasi (karena dapat menyebabkan penyebaraninfeksi melalui rusaknya daya pertahanan alami dan jarang dapat menimbulkanefek anastesi).
b. Penderita penyakit gangguan darah yang langka seperti hemofilia, penyakitChrsitmas atau penyakit von Willebrand (karena akan timbul resik terjadinyaperdarahan di daerah injeksi atau suntikan).
c. Terdapat inflamasi pada daerah tempat penyuntikan.
d. Keadaan lingkungan periodontal yang tidak memungkinkan pemberian anestesilokal yang sempurna.
e. Anak-anak di bawah umur yang tidak mengenal dan tidak mengerti akibat anestesi.
f. Pada penderita yang lemah saraf dan penakut.
g. Pasien yang tidak dapat membuka mulut dengan lebar, misalnya pada keadaantrismus, fraktur tulang rahang, ankilosis temporomandibula, dll.
h. Pasien yang alergi terhadap bahan anestesi lokal.
i. Pasien dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol (misal diabetes tidakterkontrol).
j. Pasien yang tidak kooperatif.
k. Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau mendukung tekniktertentu.
l. Jika dibutuhkan anestesi segeraatau tidak cukup waktu untuk anestesi lokal untukbekerja secara sempurna.
m. Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.
n. Efek merugikandari berbagai anas anastesi local modern terhadap kehamilanbelum terbukti. Tetapi diperkirakan vasokonstriktor relypressin mempunyai efekoksitoksik ringan, sehingga dapat menganggu sirkulasi fetus dan mempercepatkelahiran. Umumnya anastesi pada ibu hamil cukup aman asalkan diberikandengan hati-hati. Namun sebaiknya dibatasai perawatan yang hanya diperlukansaja, operasi dan restorasi ditunda setelah persalinan.

F. Dosis Anastesi
1. Ether
 Kemasan = Cairan volatile.
 Dosis = Induksi : 2 – 15 vol%. Anestesi ringan : 3 - 5 vol%. Anestesi dalam : 5 – 6 vol%. Kontrol dengan pelumpuh otot : 2 – 4 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Iritasi mukosa saluran napas, rangsang sekresi bronkus, bronkodilatasi, peningkatan tekanan darah, relaksasi otot sekletal, penurunan tonus otot usus, mual muntah post anestesi, RBF dan GFR menurun, peningkatan kadar glucose.
2. Halothane
 Kemasan = Cairan volatil
 Dosis = Induksi : 2 – 4 vol%. Rumatan : 0,5 – 2 vol%.
 Farmakokinteik = -
 Reaksi obat = Depresi korteks cerebral dan medula, peningkatan CBF dan CSS, efek analgesik kurang, vasodilatasi sehingga hipotensi, bradikardia, peningkatan kepekaan myocard terhadap katekolamin, depresi jantung, relaksasi yang moderat, bahaya terhadap janin, hepatotoksik ringan.
3. Enflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Mendepresi SSP, efek epileptiform, peningkatan aliran darah ke otak, depresi myocard, depresi ventilasi, relaksasi yang moderat.
4. Isoflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Depresi pernapasan, TV dan RR menurun, dilatasi bronkus, hipotensi karena penurunan resistensi perifer, relaksasi otot baik, potensial menyebabkan gangguan ginjal karena efek flourida.
5. Sevoflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Hipotensi, aritmia, depresi pernapasan, peningkatan aliran darah ke otak dan tekanan intrakranial, gangguan fungsi ginjal, hipertermia maligna.
6. N2O
 Kemasan = Gas berbentuk cair dalam silinder berwarna biru.
 Dosis = Diberikan pada perbandingan 50 – 70 % dengan O2 Dihentikan 10 menit sebelum operasi selesai.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Menyebabkan hipoksia difusi, zat anestetik yang lemah namun analgesianya kuat, sirkulasi dan pernapasan tidak banyak terpengaruh.
7. Penthotal
 Kemasan = Serbuk dalam vial 500 mg dan 1 gr Inj. 25 mg/ml.
 Dosis = Induksi i.v 3 – 5 mg/kg BB
 Farmakokinetik =.iv onset : 10 – 20 detik. peak : 30 - 40 detik. duration : 5 - 15 menit.
 Reaksi obat = Metabolisme otak menurun, hipotensi sementara, tachicardia, depresi napas dengan premedikasi opioid, kepekaan terhadap CO2 menurun, rangsangan parasimpatis (hidung tersumbat, batuk, bronchospasme, spasme laring), nyeri dan nekrosis pada injeksi di luar vena, depresi napas janin.
8. Ketamin
 Kemasan = Vial 500 mg dan 1 gr. Inj. 10 mg/ml.
 Dosis = Induksi i.v 1 –2 mg/kg BB, i.m 5 – 10 mg/kg BB. Batas sistole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg.
 Farmakokinetik = i.v onset : < 30 detik. peak : 1 menit. duration : 5 – 15 menit. i.m onset : 3 – 4 menit. peak : 5 – 20 menit. duration : 12 – 25 menit.
 Reaksi obat = Nyeri per i.m, hipersalivasi, mual muntah, anestesi assosiatif, TIK dan TIO meningkat, hipertensi, tachicardia, relaksasi kurang, analgesik kuat, peningkatan CO, merangsang pengeluaran katekolamin sehingga hati-hati kombinasi dengan halotan, hati-hati pada asma.
9. Profopol
 Kemasan = Cairan emulsi lemak dalam ampul 10 mg/ml.
 Dosis = Induksi 2 – 2,5 mg/kg BB. Maintenance 0,1 – 0,2 mg/kg BB. Tidak boleh dicampur dengan ringer laktat. Dapat dicampur dengan lidokain untuk mengurangi nyeri induksi dengan dosis 0,1 mg/kgBB.
 Farmakokinetik = iv onset : dalam 40 detik. Peak :1 menit duration : 5 – 10 menit. Kontraindikasi : Pada alergi telur dan kacang kedelai.
 Reaksi obat = Hati – hati pada gangguan napas, hipovolemia dan kelainan metabolisme lemak, bradikardia atau tachikardia, mual muntah, hati – hati pada sectio, peningkatan TIK, kurangi dosis pada manula, hipovolemikjuga pada penggunaan narkotik dan hipnotik sedative.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Anastesi merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Tipe Anastesi terdiri atas : a. Pembiusan total, b. Pembiusan regional, c. Pembiusan Lokal.
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran.
Anastesi lokal terdiri atas : a. Anastesi topikal, b. Anastesi infiltrasi, c. Anastesi Blok.

Kata Pengantar
DEPKES RI Farmakotherapi.
Dewi Marthaningtyas. 2005. "Terbius Memburu Paten Gas Tertawa". Cakrawala.
Jordan, Sue. 2009. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC
Suryanto,dr (1998): "Trauma selama dan setelah operasi"

Epidemiologi Kesehatan Jiwa



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi (Penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan atau kejadian spesifik pada populasi. Epidemiologi merupakan ilmu yang menjelaskan kejadian penyakit yang ada di masyarakat (Last, 1988 dikutip dari : Ilmu Keperawatan Komunitas teori dan praktek).
Pada saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995 menunjukkan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini , data tersebut dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gcjolak-gejolak lainnya diseluruh daerah. Bahkan masalah dunia internasionalpun akan lkut memicu terjadinya peningkatan tersebut.
Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif 'yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life Years (DALY's) sebesar 8,1% dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka ini lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit Tuberculosis(7,2%), Kanker(5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) maupun Malaria (2,6%). Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada dimasyarakat.
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan "Kesehatan" adalah: "Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis".
Atas dasar definisi Kesehatan tersebut di atas, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). dari unsur "badan" (organobiologik), "jiwa" (psiko-edukatif) dan “sosial” (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada “penyakit” tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dan "kesejahteraan" dan “produktivitas sosial ekonomi”.
Dan definisi tersebut juga tersirat bahwa "Kesehatan Jiwa" merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari "Kesehatan" dan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan suatu masalah yakni “Bagaimanakah Epidemilogi Kesehatan Jiwa” ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
2. Untuk menjadi sumber dalam pembuatan makalah selanjutnya yang terkait.



















BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, yaitu (Epi : Pada; Demi : Penduduk; Logos : Ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.
Menurut buku Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat oleh Soekidjo epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit dan determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.
Menurut buku Pengantar Epidemiologi oleh Azrul Azwar, epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Kamus Kedokteran, epidemiologi merupakan penyakit tentang wabah penyakit menular yang berjangkit secara cepat di daerah yang luas.

B. Epidemiologi Dari Berbagai Aspek
Aspek Akademik
Analisa data kesehatan, sosial-ekonomi, dan trend yang terjadi untuk mengiterpretasi dan mengidentifikasi perubahan-perubahan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.
Aspek Klinik
Suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insiden atau prevalensi yang dilakukan melalui penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal terjadinya epidemiologi.
Aspek Praktis
Ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan penyakit yang menimpa individu, kelompok penduduk atau masyarakat umum
Aspek Administrasi
Suatu usaha mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

C. Peranan Epidemiologi
Peranan epidemiologi antara lain :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi dan menanggulangi.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang perlu dipecahkan

D. Ruang Lingkup Epidemiologi
Subjek dan objek epidemiologi adalah masalah kesehatan antara lain :
 Penyakit infeksi dan menular
 Penyakit tidak infeksi dan tidak menular
 Semua masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat
Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk kepada masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.
Contoh ruang lingkup epidemiologi :
a. Epidemiologi Penyakit Menular
b. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
c. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
d. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
e. Epidemiologi Kesehatan Kerja
f. Epidemiologi Kesehatan Darurat
g. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
h. Epidemiologi Perencanaan
i. Epidemiologi Perilaku
j. Epidemiologi Genetik
k. Epidemiologi Gizi
l. Epidemiologi Remaja
m. Epidemiologi Demografi
n. Epidemiologi Klinik
o. Epidemiologi Kausalitas
p. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan

E. Epidemiologi kesehatan jiwa
Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan "Kesehatan Jiwa" adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut: "Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain". Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.
Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
• Mampu menghadapi situasi
• Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
• Puas dengan kehidupannya sehari-hari
• Mempunyai harga diri yang wajar
• Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
• Mampu mencintai orang lain
• Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
• Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
• Merasa bagian dari suatu kelompok
• Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain "mengakah" dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
• Menetapkan tujuan hidup yang realistis
• Mampu mengambil keputusan
• Mampu menerima tanggung jawab
• Mampu merancang masa depan
• Dapat menerima ide dan pengalaman baru
• Puas dengan pekerjaannya
Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan usaha dan waktu untuk mengembangkan dan membinanya. Jiwa yang sehat dikembangkan sejak masa bayi hingga dewasa, dalam berbagai tahapan perkembangan. Pengaruh lingkungan terutama keluarga sangat penting dalam membina jiwa yang sehat.
Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir, cara berperan, dan cara bertindak.
Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang cenderung:
• Menemukan kepuasan dalam hidup
• Membina hubungan yang erat dan sehat
• Menetapkan tujuan dan mencapainya
• Menghadapi maju mundurnya kehidupan
• Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah
Penilaian diri seseorang negatif apabila seseorang cenderung:
• Merasa hidup ini sulit dikendalikan
• Merasa stres
• Menghindari tantangan hidup
• Memikirkan kegagalan
Beberapa upaya untuk membangun penilaian diri:
1. Seseorang harusjujur terhadap diri sendiri.
2. Berupaya mengenali diri sendiri dan belajar menerima semua kekurangan dan kelebihannya.
3. Bersedia memperbaiki diri sendiri untuk mengatasi kekurangannya.
4. Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
5. Selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan, tetapi tidak boleh terlalu memaksakan diri sendiri.
Apabila seseorang mengalami perubahan maka akan tcrjadi reaksi baik secara jasmani maupun kejiwaan yang disebut dengan stres. Sebagai contoh misalnya para karyawan atau manajer merasakan stres apabila ada pekerjaan yang menumpuk atau jika ada kesulitan dalam hubungan kerja.
Stres dapat terjadi pada setiap orang dan pada setiap waktu, karena stres merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan. Pada umumnya orang menyadari adanya stres, namun ada juga yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami stres.
Reaksi seseorang terhadap stres dapat bersifat positif maupun dapat bersifat negatif. Reaksi yang bersifat negatif atau merugikan, jika terjadi keluhan atau gangguan pada orang tersebut. Reaksi bersifat positif, jika menimbulkan dampak yang menjadi pendorong agar orang berusaha. Stres yang bersifat negatif/merugikan dapat terjadi apabila stres terlalu berat atau berlangsung cukup lama.
Faktor yang menyebabkan stres disebut sebagai stresor. Ada beberapa macam penyebab stres:
1. Stresor fisik/jasmani, antara lain:
Suhu dingin/panas, suara bising, rasa sakit, kelelahan fisik, polusi udara, tempat tinggal tak memadai dan sebagainya.
2. Stresor psikologik, antara lain:
Rasa takut, kesepian, patah hati, marah, jengkel, cemburu, iri hati
3. Stresor sosial-budaya, antara lain:
Hubungan sosial, kesulitan pekerjaan, menganggur, pensiun, PHK, perpisahan, perceraian, keterasingan, konflik rumah tangga.

Stres dapat berpengaruh terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan seseorang:
1. Reaksi yang bersifat jasmani dapat berupa:
Jantung berdebar-debar, otot tegang, sakit kepala, sakit perut/diare, lelah, gangguan makan, eksim.
2. Reaksi yang bersifat kejiwaan dapat berupa:
Sukar konsentrasi, sukar tidur, cenderung menyalahkan orang lain, cemas, menarik di r i , menyerang, mudah tersinggung.
3. Pada tahap yang berat stres dapat menimbulkan:
Penyakit fisik (misal tekanan darah tinggi, asma berat, serangan jantung dan sebagainya)

Stres tidak dapat dicegah akan tetapi dapat dikendalikan, berikut ini terdapat12 langkah pengendalian stres:
1. Merencanakan masa depan dengan lebih baik:
Belajar hidup tertib dan teratur dan menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Menghindari membuat beberapa perubahan besar dalam saat yang bersamaan:
Misalnya pindah rumah, pindah pekerjaan dan sebagainya. Memberi waktu untuk menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang baru sebelum melangkah lebih lanjut.
3. Menerima diri sendiri sebagaimana adanya.
4. Menerima lingkungan sebagaimana adanya.
5. Berbuat sesuai kemampuan dan minat.
6. Membuat keputusan yang bijaksana.
7. Berpikir positif.
8. Membicarakan persoalan yang dihadapi dengan orang lain yang dapat dipercaya.
9. Memelihara kesehatan din sendiri.
10. Membina persahabatan dengan orang lain.
11. Meluangkan waktu untuk diri sendiri:
Jika merasa tegang dan letih perlu istirahat atau rekreasi.
12. Melakukan relaksasi:
Melalukan releksasi selama 10-15 menit setiap hari untuk mengendorkan ketegangan otot yang diakibatkan oleh stres.













BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi (Penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan atau kejadian spesifik pada populasi. Epidemiologi merupakan ilmu yang menjelaskan kejadian penyakit yang ada di masyarakat (Last, 1988 dikutip dari : Ilmu Keperawatan Komunitas teori dan praktek).
Epidemiologi dari berbagai aspek terdiri atas : a. Aspek akademik, b. Aspek klinik, c. Aspek praktis, d. Aspek administrasi.
Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.
Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan usaha dan waktu untuk mengembangkan dan membinanya. Jiwa yang sehat dikembangkan sejak masa bayi hingga dewasa, dalam berbagai tahapan perkembangan. Pengaruh lingkungan terutama keluarga sangat penting dalam membina jiwa yang sehat.
Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir, cara berperan, dan cara bertindak.


DAFTAR PUSTAKA

Eka, Arsita. 2011. Ilmu KesehatanMasyarakat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Pengantar Keperawatan Komunitas , Oleh Wahit Iqbal Mubarak,SKM, penerbit Sagung Seto

Kamis, 05 April 2012

Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologis yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan, banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang barui lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.


1.2. RUMUSAN MASALAH
Adapun pumusan masalah dalam makala ini antara lain:
1. Bagaimana proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas?
2. Bagaimana adaptasi psikologis pada saat post partum blues?
3. Bagaimana cara mengatasi kesedihan dan duka cita pada masa nifas?
1.3. TUJUAN Tujuan makalah ini adalah agar pembaca:
1. Mengetahui proses adaptasi psikologis ibu pada masa nifas
2. Mengetahui adaptasi psikologis saat post partum blues
3. Mengetahui cara mengatasi kesedihan dan duka cita pada masa nifas











BAB II
PEMBAHASAN
Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas
2.1 Adaptasi Psikologis Ibu Nifas
Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut :
1. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang sedang meningkat.
2. Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.

2.2 Post Partum Blues
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan.
Disini hormon memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik, hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar pada kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Post partum blues ini dialami 80% wanita setelah bersalin yaitu merupakan semacam perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda ibu dan timbul dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan.
Etiologi : berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi, perubahan hormonal, adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan sedih.
Penyebab yang menonjol adalah :
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
2. Rasa sakit pada masa nifas
3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan
4. Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit
5. Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
Gejala-gejalanya antara lain :
Sangat emosional, sedih, khawatir, kurang percaya diri, mudah tersinggung, merasa hilang semangat, menangis tanpa sebab jelas, kurang merasa menerima bayi yang baru dilahirkan, sangat kelelahan, harga diri rendah, tidak sabaran, terlalu sensitive, mudah marah dan gelisah.
Hal-hal yang dapat dilakukan seorang bidan :
1. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin
2. Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu setelah melahirkan.
3. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri
4. Memberikan bantuan dalam merawat bayi
5. Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi
Post partum blues ini apabila tidak ditangani secara tepat dapat menjadi lebih buruk atau lebih berat, post partum yang lebih berat disebut post partum depresi (PPD) yang melanda sekitar 10% ibu baru.
Gejala-gejalanya : sulit tidur bahkan saat bayi telah tidur, nafsu makan hilang, perasaan tidak berdaya atau kehilangan control, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi, gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar. Jika ditemukan sejak dini penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konsultasi dengan psikiater, jika depresi yang ibu alami berkepanjangan mungkin ibu perlu perawatan dirumah sakit.
Oleh karena itu penting sekali bagi seorang bidan untuk mengetahui gejala dan tanda dari post partum blues sehingga dapat mengambil tindakan mana yang dapat diatasi dan mana yang memerlukan rujukan kepada yang lebih ahli dalam bidang psikologi.

2.3 Kesedihan dan Duka Cita

1. Kemurungan Masa Nifas

Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan dalam diri seseorang wanita selama kehamilan serta perubahan irama/cara kehidupannya setelah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan pasca bersalin, karena ia masih mudah mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas adalah hal yang umum, dan perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.
2. Terciptanya Ikatan Ibu dan Bayi

Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama setelah kelahiran adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya, meletakan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi pada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya kemudian redupkan lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Tangguhkan perawatan yang tidak begitu penting sampai sesudah pasangan orangtua bayi, dapat berinteraksi dengan bayinya selama masih dalam keadaan bangun.
Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badab bayi dengan telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan memposisikanya sedemikian rupa sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi.
3. Tanda dan Gejala serta Etiologi Kemurungan Masa Nifas

Tanda dan gejalanya: sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, merasa hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa ada sebabnya, menangis berulang kali.
Etiologi: berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan dalam cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak hamil dan sementara proses menyusui telah terjadi. Kemurungan dapat menjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, atau kecemasan yang tidak diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara penanganan yang tidak peka oleh para petugas.
Penatalaksanaan secara tradisional dan kebidanan (mungkin saja sama) bagi adanya kemurungan pada masa nifas. Berikan kesempatan luas pada ibu yang baru untuk bertanya, bicarakan apa yang terjadi selama proses persalinan dan biarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukanya. Biarkan bayi bersama ibunya, dan berikan dukungan atau dorongan pada ibu untuk merawat bayinya.
Ibu yang mempunyai resiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah daripada kemurungan masa nifas adalah Ibu yang rasa percaya dirinya rendah, ibu yang tidak mempunyai jaringan dukungan, ibu yang bayinya meninggal atau menyandang masalah. Tanta-tanda dan gejala ibu yang mengalami atau mempunyai reaksi psikologis yang lebih parah daripadakemutungan masa nifas dan bagaimana penatalaksanaan kebidananya?
Tanda-tanda dan gejala: Tidak bisa tidur atau tidak bernafsu makan, merasa ia tidak dapat merawat dirinya sendiri atau bayinya, berfikir untuk menciderai dirinya sendiri atau bayinya, dan seolah mendengar suara-suara atau tidak dapat berfikir secara jernih, perilakunya aneh, kehilangan sentuhan atau hubungan dengan kenyataan, halusinasi atau khayalan, dan menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan bukan anaknya.
Penatalaksanaan: Banyak perempuan dibawah depresi yang biasa menanggapi atau dipengaruhi oleh dorongan atau bujukan dan dukungan fisik yang diberikan oleh bidan atau anggota keluarganya. Bila seorang ibu tidak bereaksi positif terhadap dorongan atau dukungan yang diberikan atau ia tetap menunjukan perilaku aneh (mendengar suara-suara, berada diluar kenyataan, halusinasi atau berkhayal, dan menolak bayinya) atau ia berfikir untuk menciderai dirinya sendiri atau bayinya, ia harus dirujuk kepada seorang ahli yang mampu menangani masalah psikologis. Ia mungkin memerlukan pengobatan khusus untuk membantu mengatasi keaadaanya.























BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Adaptasi psikologis ibu masa nifas terdiri atas 3 fase yaitu: Fase taking in, fase taking hold, dan fase letting go. Jika seorang ibu mengalami gejala-gejala beby blues maka ibu tersebut disarankan untuk beristirahat, meminta dukungan suami, membuang rasa cemas akan bayinya serta mencari hiburan.
Dalam menghadapi seorang ibu yang mengalami kesedihan atau duka cita, hal yang harus dilakukan adalah mencoba mengajak ibu membicarakan apa yang di alami namun jika keadaanya lebih parah pastikan ada yang menemani ibu dan bayinya selama beberapa hari.

3.2 SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
• Untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang adaptasi psikologis dalam dalam masa nifas, mahasiswa diharapkan mencari sumber-sumber yang lebih banyak.
• Mahasiswi diharapkan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan materi yang telah diberikan.








DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Walsh, Linda. V. 2003. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rabu, 04 April 2012

The Secret Of Fairy

SECRET OF THE FAIRY
Impian
Asa tak kunjung datang
Harapan tak kunjung sua

Dalam sanubari tertanam impian
Namun tak juga tumbuh dan berkembang

Inikah …

Setelah gerbang terbuka lebar
Setelah hati kian mantap
Menyerah di saat bimbang

Ataukah …

Masih terbentang luas
Masih terbersit angan yang mengambang
Menanti selalu menanti

Mampukah …
Hasrat mulia menembus kegelapan

Tak kan rapuh
Hancur berkeping-keping

Lantunan merdu dari mereka
Indah nan syahdu
Luapkan rasa hampa

Serukan kedamaian
Luluh lantakkan
Mencapai samudera impian
Nyata
Luas
Nan lurus
By : Fairy Topia



Kosong
Apa…???
Tak bersuara
Sirna tak berbekas

Kemana …???
Hilang begitu saja
Tanpa jejak

Aaahhh …
Kehidupan tanpa tujuan
Walau penuh tak bermakna
Tanpa arti

Kosong
Tak terisi
Palsu
Tak benar adanya
Seperti hati manusia

By : Fairy Topis

Sahabat Sejati
Dimana akan ku cari
Dimana akan ku temui
Aku melangkah
Aku berjalan

Tapak kaki menjadi saksi
Hati ingin berjumpa

Apa aku mampu..??
Apa aku bisa..??

Tidak …
Ya …
Mungkin …

Tapi ,,,
Sampai kapan …??
Berapa lama …??

Entahlah
Lelah rasanya

Wait just wait
Tak pasti

I know …
All is imposible..

Jikalau bisa

Everythink I do

By : Fairy Topia

Suami Siaga

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Suami siaga merupakan suami yang sap menjaga istrinya yang sedang hamil, menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan kewenangan untuk menggunakannya apabila terjadi masalah kehamilan. Suami siaga mempunyai jaringan dengan tetangga potensial yang mampu mengatasi masalahh kegawatdaruratan kebidanan.
Suami siaga juga harus memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan mengutamakan keselamatan istri. Sehingga diperlukan terobosan-terobosan baru dalam upaya meningkatkan partisipasi suami, namun dengan tetap memperhatikan faktor-faktor spesifik yang mempengaruhinya, sehingga dapat menimbulkan kesadaran dn kemauaan dari suami untuk lebihmemberdayakan diri dalam berbagi tanggung jawab dengan istrinya.

B. Rumusan Masalah
 Menjelaskan pengertian suami siaga
 Menjelaskan bagaimana peran serta suami dalam kehamilan
 Menjelaskan bagaimana dukungan suami dalam kehamilan

C. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian suami siaga
 Untuk mengetahui bagaimana peran serta suami dalam kehamilan
 Untuk mengetahui bagaimana dukungan yang di berikan oleh suami dalam kehamilan

























BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Suami siaga
• Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat tanda bahaya kehamilan.
• Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan menyediakan donor darah jika diperlukan.
• Jaga, suami hendaknya mendampingi istri selama proses dan selesai persalinan.
Suami siaga merupakan bentuk pendampingan yang diberikan kepada ibu, karena salah satu orang terdekat ibu adalah suami. Program suami siaga (Suami Siap Antar Jaga) dikembangkan untuk mendukung program GSI. Suami menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan melahirkan, serta siap menjaga dan menunggu istri melahirkan.
Suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya yang sedang hamil, menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan kewenangan untuk menggunakannya apabil terjadi masalah kehamilan. Suami siaga mempunyai jaringan dengan tetangga potensial yang mampu mengatasi masalah kegawatdaruratan kebidanan. Suami siaga juga memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakan keselamatan istri.
Dalam konsep suami siaga, seorang suami dengan istri yang sedang hamil diharapkan siap mewaspadai setiap risiko kehamilan yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesehatan dan kehamilannya, serta segera mengantar ke rujukan terdekat bila ada tanda-tanda komplikasi kehamilan. Jika peran SIAGA ini dijalankan, diharapkan keterlambatan yang kerap menjadi penyebab kematian ibu melahirkan tidak terjadi. Keterlambatan yang dimaksud mencakup terlambat mengetahui kelainan kehamilan dan persalinan, terlambat memutuskan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat menerima perawatan yang tepat.
SIAGA posisi yang berkaitan dengan prilaku positif :
• Siap berarti harus siap/ disiapkan menemani istri,
• Antar berarti harus diangkut/mendapatkan naik,
• Jaga menterjemahkan untuk menjaga (selalu oleh istrimu selama dan setelah penyampaian).
Untuk menjadi suami yang benar-benar siaga, harus dibekali dengan pengetahuan tentang beberapa hal berikut.
1. Upaya menyelamatkan ibu hamil.
2. Tiga terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan.
3. Empat terlalu, yaitu terlalu muda saat hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat usia kehamilan.
4. Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, serta pentingnya pencegahan dan mengatasi masalah kehamilan secara tepat.
5. Transportasi siaga dan pentingnya rujukan. Dengan demikian perhatian suami dan keluarga bertambah dalam memahami dan mengambil peran yang lebih aktif serta memberikan kasih sayang pada istri terutama pada saat sebelum kehamilan, selama kehamilan, persalinan, dan sesudah persalinan.
Budaya
Di berbagai wilayah di Indonesia terutama dalam masyarakat yang masih memegang teguh budaya tradisional (patrilineal), misalnya budaya jawa, menganggap istri adalah konco wingking (teman di belakang) yang artinya derajat kaum lelaki lebih tinggi dibandingkan dengan kaum perempuan, tugas perempuan hanyalah melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini memengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Suami lebih dominan dalam mengambil keputusan dan tidak bertanggung jawab dalam beberapa hal seperti ber-KB serta adanya perbedaan kualitas dan kuantitas makanan suami yang biasanya lebih baik dibandingkan istri dan anaknya karena beranggapan bahwa suami adalah pencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan zat gizi untuk ibu yang sedang hamil, menyusui, dan anak menjadi berkurang.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah budaya tradisional tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Menyosialisasikan persepsi tentang kesetaraan gender sejak dini melalui lembaga formal, misalnya sekolah formal maupun non-formal atau melalui program lain yang ada dalam kelompok masyarakat lalu mengaplikasikannya kedalam praktik kehidupan sehari-hari.
2. Memberikan penyuluhan pada sarana atau tempat-tempat berkumpul dan berinteraksi para lelaki, misalnya tempat kerja dan forum komunikasi desa.
3. Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulus yang menarik perhatian, misalnya melalui poster.
4. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan malu dengan lingkungan sekitar, sehingga perlu dipikirkan suatu aturan atau kegiatan yang dapat memotivasi kepala keluarga untuk segera merealisasikan kepedulikan kepada istrinya.
5. Satgas GSI di tingkat desa perlu membuat tanda sedemikian rupa dengan warna terang (merah, hijau, kuning) dan ditempelkan di rumah warga yang memiliki ibu hamil yang perlu mendapatkan perhatian lebih dan kewaspadaan.
Pendapatan
Pada umunya masyarakat Indonesia sebagian besar penghasilannya (75-100%) digunakan untuk membiayai keperluan hidup. Persoalan ekonomi merupakan prioritas utama. Pendapatan keluarga hanya berfokus kepada pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir tidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidaka adanya biaya.
Melihat permasalahan ekonomi di atas, prioritas kegiatan GSI di tingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas kepada kegiatan yang bersifat anjuran (advocacy), akan tetapi lebih bersifat holistik. Kegiatan tersebut tidak hanya menjawab permasalahan kesehatan ibu secara nasional, akan tetapi yang lebih penting adalah dapat menyentuh dan ikut menyelesaikan persoalan mendasar di tingkat keluarga.
Pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga, sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istri karena masalah keuangan. Pemberdayaan ekonomi keluarga dapat dilakukan salah satunya dengan jalan membentuk kelompok usaha yang didasarkan pada sumber daya yang tersedia di sekitarnya serta mencari solusi pemasarannya misalnya kelompok usaha alat rumah tangga.

Tingkat Pendidikan
Wawasan pengetahuan suami dipengaruhi tingkat pendidikan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah tingkat pendidikan suami, akses terhadap informasi kesehatan perempuan semakin berkurang, suami akan sulit dalam mengambil keputusan yang efektif. Dengan demikian perlu diperkenalkan pandangan baru untuk memberdayakan kaum suami dengan mendasarkan pengertian bahwa :
a. Suami memainkan peranan penting, terutama dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan kesehatan reproduksi pasangannya;
b. Suami sangat berkepentingan terhadap kesehatan reproduksi pasangannya;
c. Saling pengertian serta adanya keseimbangan peranan antara kedua pasangan dapat membantu meningkatkan perilaku yang kondusif terhadap peningkatan kesehatan reproduksi;
d. Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang rencana keluarga maupun kesehatan reproduksi antara satu dengan yang lainnya akan mendapatkan keputusan yang lebih efektif dan lebih baik.

B. Penyebab Kematian Ibu Hamil
Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu ketika terjadi komplikasi kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang berisiko terhadap kesehatan ibu, yaitu terlambat untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan pertolongan, terlambat mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan yang penting dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin.
Suami biasanya menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan membutuhkan pertolongan kesehatan segera. Suami juga yang memutuskan transportasi apa yang digunakan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan. Suami dapat menghindari keterlambatan tersebut dengan cara mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan persalinan dengan komplikasi.
Kebanyakan kematian ibu yang terjadi antara tiga hari setelah persalinan, disebabkan karena adanya infeksi atau perdarahan. Hasil penelitian terbaru menemukan kematian ibu dapat dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial setelah persalinan dan selalu siaga untuk mencari pertolongan jika hal tersebut terjadi. Suami juga berperan agar istrinya mendapatkan makanan yang bergizi. Pada masa menyusui, seorang ibu membutuhkan vitamin A tambahan untuk menjaga agar vitamin-vitamin yang diperlukan dapat diterima dengan baik oleh bayinya. Selama periode pasca persalinan, suami dapat membantu pekerjaan rumah tangga yang berat seperti mengumpulkan kayu dan air serta menjaga anak-anak. Mereka juga dapat mendorong istri untuk memberi ASI agar dapat menolong kontraksi uterus. Pada akhirnya, suami harus mulai memikirkan metode kontrasepsi, baik berupa metode sementara untuk memberikan jarak terhadap kelahiran yang berikutnya atau bila mungkin vasektomi jika tidak menginginkan anak lagi.

C. Peran dan Keterlibatan Suami Dalam Kehamilan
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan jaga produksi ASI. Keterlibatan suami sejak awal kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok ”manusia mungil” didalam perutnya. Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul ”What Your Parthner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilan.
Partisipasi suami yang dapat dilakukan antara lain meliputi :
1. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri yang sedang hamil.
2. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri.
3. Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan terdekat minimal 4 kali selama kehamilan.
4. Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anamia gizi dan memperoleh istirahat yang cukup.
5. Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan seperti darah tinggi, kaki bengkak, perdarahan, konsultasi dalam melahirkan, keracunan dalam kehamilan, infeksi dan sebagainya.
6. Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi.
7. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang menyangkut kesehatan kehamilan dan kesehatan janin misal perdarahan dan lain-lain.
8. Menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah masing-masing.

Trimester pertama:
Selama hamil, ada begitu banyak perubahan pada tubuh isti, yang paling menonjol adalah perubahan emosinya. Apa sebabnya? Kadar hormon estrogen dan progesteron didalam tubuhnya berubah. Tak mengherankan bila moodnya berubah-ubah terus. Kalau sudah begini, siapa lagi, selain suaminya. Suamilah yang paling tepat untuk membantu melalui masa-masa ini.
Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester pertama :
• Sering mual-mual dan muntah, terutama pada pagi hari , karena mengalami morning sickness.
• Menjadi cepat lelah dan mudah mengantuk.
• Mungkin tiba-tiba meminta atau menginginkan sesuatu yang ”aneh” atau biasa disebut ngidam.
• Semula tampak gembira, namun dalam beberapa detik bisa mendadak menangis tersedu-sedu, merasa tertekan dan sedih , tanpa sebab yang jelas atau karena masalah sepele.
Yang dapat suami lakukan :
• Bawakan krekers dan air putih atau jus buah ke tempat tidur. Sehingga, begitu istri bangun dan morning sickness mendera, keluhan yang dirasakannya langsung hilang., berkat perhatian dan kasih sayang yang suami berikan.
• Buatlah istri merasa nyaman, sehingga dapat beristirahat dan cukup tidur. Misalnya, memutar lagu-lagu yang lembut.
• Bersiaplah menghadapi ”ujian” untuk mengukur seberapa besar cinta suami kepada istri. Jangan kaget bila istri menginginkan sesuatu yang ”aneh” di tengah malam. Karena istri sedang ngidam. Bila mampu, tak ada salahnya memenuhi permintaannya. siapa tau suami ”lulus ujian” dengan nilai cemerlang nantinya.
• Tunjukan rasa bahagia dan antusias terhadap janin dalam kandungan. Sapaan ekspresif terhadap si kecil, misalnya ”hallo, lagi ngapain di situ?” atau seruan ”Woa...” sudah merupakan dukungan mental yang menyenangkan hati. Juga, ungkapkan perasaan cinta Anda padanya karena pada saat-saat seperti ini istri membutuhkan perhatian dan kasih sayang suami lebih dari biasanya.

Trimester kedua: masa-masa bahagia
Inilah saatnya istri merasakan nikmatnya masa-masa kehamilan. Makanya, suami tidak sebegitu tersiksanya ketimbang trimester lalu. Dan, mulai ikut merasakan gerakan janin mau tidak mau akan ”menyentil” suami. Sekarang ini suami baru bisa ”benar-benar” merasakan peran baru sebagai calon ayah.
Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester kedua :
• Emosi cenderung lebih stabil dan keluhan morning sickness juga jauh berkurang.
• Si kecil mulai sudah mulai “beraksi”.
• Merasa bahagia dengan kehamilannya sehingga lebih bersemangat melakukan latihan (olahraga ringan sesuai anjuran dokter) serta beraktivitas.
• Cukup nyaman dengan keadaannya, sehingga mulai timbul keingginan untuk menikmati hubungan seks.
Yang dapat suami lakukan :
• Tetap menunjukkan kalau Anda mengerti dan memahami benar perubahan emosi yang cepat serta perasaan lebih peka yang dialaminya, sebab ini wajar dan alami terjadi pada ibu hamil.
• Dampingi dan antarlah selalu pasangan setiap kali berkunjung ke dokter kandungan untuk memeriksakan kandungannya.
• Dampingi dan berpatisipasilah secara aktif di kelas senam hamil (senam Lamaze) bersamanya.
• Ajaklah dia untuk kembali menikmati hubungan seks.

Trimester ketiga: takut dan cemas menghadapi hari-H
Masa ini merupakan masa-masa penantian yang “melelahkan”. “Perjalanan” menuju persalinan tinggal hitungan hari saja. Itu sebabnya, Anda akan lebih banyak berperan sebagai a shoulder to cry on.
Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester ketiga :
• Semakin dekat dengan hari-H, biasanya dia merasa semakin takut dan cemas.
• Merasa penampilannya tidak menarik karena perubahan bentuk fisiknya.
• Sering mengeluh sakit, pegal, ngilu, dan berbagai rasa tidak nyaman pada tubuhnya, terutama pada punggung dan panggul, karena bayi sudah semakin besar dan sudah mulai menyiapkan diri untuk lahir.
• Mengeluh sulit tidur karena perutnya yang semakin membesar itu akan membuatnya tidak nyaman ketika berbaring.


Yang dapat suami lakukan :
• Bantu pasangan untuk mengatasi rasa cemas dan takut dalam menghadapi proses persalinan. Misalnya, dengan mengalihkan perhatiannya dengan cara mengajaknya berbelanja keperluan si kecil.
• Pujilah kalau dia tetap cantik dan menarik, berbagai perubahan fisik tidak sedikitpun mengurangi kadar cinta Anda padanya.
• Bantulah meringankan berbagai keluhan. Misalnya, dengan memijat pegal-pegal di belakang tubuhnya.
• Bersiaplah untuk membantu dan menemaninya saat dia sulit tidur

D. Peran Suami Dalam Mencegah Atau Mengobati Komplikasi Kehamilan
Suami memainkan banyak peran kunci selama kehamilan dan persalinan istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya.
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh laki-laki dalam mempromosikan keselamatan ibu adalah merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa resiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan berisiko rendah kehamilan yang tidak direncanakan sering kali menjadi berisiko karena akan membawa mereka untuk aborsi. Komplikasi aborsi yang tidak aman menyebabkan 50.000 hingga 100.000 kematian setiap tahun.



E. Dukungan Suami Dalam Kehamilan
Agar istri bisa menjalani kehamilan yang sehat dan nyaman,dukungan suami mutlak diperlukan. Saat hamil, istri akan mengalami perubahan, Secara fisik ia akan menjadi lebih gemuk. Fisiologisnya juga mengalami berbagai perubahan yang mempengaruhi pola perilaku dan emosinya. Karena itu,selama istri hamil, suami harus selau siaga yaitu siaga untuk bersabar, memahami, memperhatikan, membantu dan melayani istri. Bersabar, mengapa ?
Mungkin sebagai suami anda sering mendengar cerita tentang wanita yang hamil muda. Sebagian dari mereka sering mengalami morning sicknes yaitu mual2 dan muntah2 di pagi hari. Tak jarang pada sore haripun wanita juga mengalami hal yang demikian. Bahkan ada yang lebih parah lagi mual dan muntah hampir sepanjang hari.
Meskipun anda sudah sering mendengar tentang berbagai cerita itu biasanya anda tetap akan kaget, saat istri anda mengalaminya.Anda mungkin tak hanya kaget,tetapi juga jengkel,karena beberapa hal atau rutinitas yang biasanya istri anda bisa lakukan, kini tidak bisa dilakukannya. Memasak dan membersihkan rumah misalnya mungkin harus tertunda saat istri anda sedang mengalami khas kehamilan. Tidak itu saja, saat anda ingin mengajaknya ‘berjima’ mungkin ia enggan baik karena kondisi tubuhnya yang kurang nyaman,atau kekhawatirannya terhadap keselamatan bayi yang ia kandung. Karena itulah,anda harus bersabar. Pahamilah kondisi istri, karena sesungguhnya ia sendiri pun tak ingin mengalami kondisi2 yang ganjil itu, tapi ia harus menjalani sebagai konsekuensi dari perjuangan menjadi seorang ibu.




Pahamilah perubahannya
Kasih sayang suami yang besar, dengan niat untuk memahami dan melayani istri ,sebagai bentuk tanggung jawab terhadap perjanjian bersama kepada Allah SWT (mistaqan ghalizha) akan banyak membantu suami menyesuaikan diri terhadap kehamilan istri. Suami juga juga perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan selera istri. Anda harus menyesuaikan selera istri dengan menghargai masakannya dan tidak mencela.
Sebagaimana dikatakan Trethowan dan Dickness (1972) wanita hamil sering mengalami dullet-taste (selera yang bodoh) selama hamil. Istri anda, mungkin jadi sangat suka masakan yang asin sekali,asam,atau citarasa lain yang tajam. Bisa pula ia jadi tidak suka pada makanan yang sebelumnya ia sukai. Terimalah kondisi istri dan bersikaplah bijak bila seleranya kurang sesuai dengan selera anda dan anak-anak.

Berilah perhatian
Istri membutuhkan perhatian dari suami sebagai orang yang dicintainya. Ia juga butuh perasan dicintai oleh orang yang dicintainya,lebih-lebih ketika ia mengalami berbagai perubahan saat pertama kali ia hamil. Seorang suami perlu memberikan perhatian pada istrinya dengan tulus. Perhatian dan kasih saying selain memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang primer juga bisa diwujudkan dengan tindakan-tindakan kecil. Misalnya mengucapkan salam atau memberi kecupan. Perhatian suami yang tulus bisa menentramkan istri saat keinginannya mencari buah yang sedang tidak musim tidak terpenuhi. Melalui perhatian yang tulus,bersih, dan sungguh2 suami lebih mudah menyampaikan pengertian,ketika istri sedang ngidam. Berikan dorongan pada istri. Itu akan banyak memberi arti bagi istri dalam beradaptasi dengan kehamilannya. Suami juga harus bisa menjadi teman bicara dan pendengar yang baik, karena disaat hamil seperti itu istri butuh teman bicara yang mau mendengar tentang ungkapan perasaana, tentang dirinya,bayinya dan masa depan bersama. Sikap yang perlu anda tumbuhkan adalah empati terhadap kehamilan istri anda. Berusahalah untuk memahami apa yang dirasakan istri anda sebagaimana ia merasakannya. Istri mengharapkan agar anda mengerti bahwa hamil itu berat. Bahwa kecemasan menghinggapi dirinya dan tak mudah menghilangkannya dengan kata sabar. Genggamlah tanggannya saat ia berbicara dan dengarlah secara penuh apa saja keluhannya.

Membantu dan melayani istri
Hamil memberi beban berat pada istri. Perutnya membesar sehingga keseimbangan badan berubah dan sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Ditambah lagi beban kerja ginjal yang meningkat, frekuensi kencing bertambah,mual-mual,sampai tegangan yang tidak mengenakkan pada farji dan perut. Semua beban itu dialami sendiri oleh istri. Padahal, bayi yang ada dalam kandungannya adalah anak anda berdua. Karena itu sudah sepatutnya sebagai suami anda berusaha meringankan beban istri. Meringankan beban istri, bisa dengan melakukan pekerjaan sehari-hari yang sederhana, mencuci pakaian atau menyapu halaman, misalnya, istri seringkali tidak menuntut suaminya untuk mengambil alih semua pekerjaan rumah tangga. Ia lebih membutuhkan ketulusan dan kesungguhan anda dalam membantu meringankan bebannya. Selain itu anda juga bisa melayani istri misalnya dengan memijatnya saat ia sedang mual-mual atau menyediakan dan menemaninya makan siang ia sedang kehilangan selera makan. Yang terakhir, berterimakasihlah pada istri anda. Selama Sembilan bulan sepuluh hari hampir dapat dipastikan istri tetap berusaha melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, meskipun ia cukup terbebani dengan kehamilannya. Dengan semangat pengapdian, pengorbanan, kasih sayang dan cintanya, istri tidak menuntut apapun, kecuali perhatian dan kasih sayang anda. Karena itulah, sudah sepantasnya bila anda berterima kasih kepadanya,meski ia tidak memintanya. Anda bisa mengungkapkan terima kasih itu dalam berbagai bentuk, tetapi ungkapan dengan kata-kata jangan diabaikan. Istri akan merasakan kebahagian yang menyentuh bila anda bisa mengucapkan terima kasih dengan betul-betul tulus dan spontan.
Nah, itulah beberapa hal yang harus anda lakukan saat istri anda hamil. Jangan sampai kehamilan istri justru membuat anda sering uring-uringan, sehingga menambah beban istri. Ingat jika istri anda stress dan terlalu banyak beban pikiran, itu juga bisa berpengaruh buruk terhadap bayi yang ia kandung





BAB III
PENUTUP



A. Kesimpulan
Suami siaga merupakan bentuk pendampingan yang diberikan kepada ibu, karena salah satu orang terdekat ibu adalah suami. Program suami siaga (Suami Siap Antar Jaga) dikembangkan untuk mendukung program GSI. Suami menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan melahirkan, serta siap menjaga dan menunggu istri melahirkan.
Suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya yang sedang hamil, menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan kewenangan untuk menggunakannya apabil terjadi masalah kehamilan. Suami siaga mempunyai jaringan dengan tetangga potensial yang mampu mengatasi masalah kegawatdaruratan kebidanan. Suami siaga juga memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakan keselamatan istri.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar dapat mengerti dan memahami mengenai makalah yang kami sajikan dimana pembahasannya yaitu tentang suami siaga. Sehingga sebagai pembaca lebih dapat mengetahui bagaimana peran seorang suami dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.


DAFTAR PUSTAKA

Eny Retna Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika : Yogyakarta.
Yulifah, Johan Tri. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta.

Wanita di Tempat Kerja



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.
Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam segala bidang kehidupan dan bidang pembangunan seperti yang tercantum dalam GBHN, tetapi secara factual persamaan tersebut saat ini belum terwujud, diantaranya di bidang kesehatan. Masih banyak wanita yang mengalami diskriminasi dalam bidang kesehatan, umpamanya: pembedaan pemberian makanan bergizi pada anak laki-laki dan wanita, akses informasi, dan akses pelayanan kesehatan dan sebagainya. Untuk menghilangkan hambatan-hambatan ini salah satu usaha pemerintah berusaha untuk meningkatkan pelayanan terhadap wanita usia produktif dengan menyediakan puskesmas dan rumah sakit dengan berbagai fasilitasnya. Tetapi di Indonesia, usaha dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi ini masih belum mencapai tujuan yang diinginkan. pembedaan pemberian makanan bergizi pada anak laki-laki dan wanita, akses informasi, dan akses pelayanan kesehatan dan sebagainya. Untuk menghilangkan hambatan-hambatan ini salah satu usaha pemerintah berusaha untuk meningkatkan pelayanan terhadap wanita usia produktif dengan menyediakan puskesmas dan rumah sakit dengan berbagai fasilitasnya. Tetapi di Indonesia, usaha dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi ini masih belum mencapai tujuan yang diinginkan.
Artinya hal ini membawa pemikiran baru untuk mengefektitkan serta mengintensitkan pelaksanaan berdasarkan kesadaran masyarakat dan kebutuhannya sendiri. Terobosan dan strategi bagaimana memasyarakatkan program kesehatan reproduksi khususnya reproduksi wanita tanpa arahan atau paksaan. Untuk itu penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana tanggapan wanita sendiri dan masyarakatnya tentang kesehatan reproduksi mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi kesehatan reproduksi wanita?
2. Bagaimanakah konsep pemikiran tentang kesehatan reproduksi wanita ?
3. Bagaimanakah indikator permasalahan kesehatan repsoduksi wanita ?
4. Bagaimanakah kesehatan wanita di tempat kerja ?
5. Bagaimanakah pandangan masyarakat terhadap kesehatan wanita ?
1.3 Tujuan
Untuk menambah wawasan tentang permasalahan kesehatan wanita dalam bidang sosial khususnya wanita di tempat kerja.
















BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Kesehatan Reproduksi Wanita.
Berdasarkan Konferensi Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal pokok dalam reproduksi wanita yaitu :
•Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)
•Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making)
•Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women)
•Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security) Adapun definisi tentang arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secarainternasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.

2.2 Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya.
2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan.
3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).
Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinyasesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.

2.3 Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita.
Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakuppengertian sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secaratidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita. Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
1. Jender,
adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi social mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
2. Kemiskinan,
antara lain mengakibatkan:
•Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
•Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
•Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
3. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
4. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan Yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepastanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Disamping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
5. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk.
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat iniakan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
6. Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton bahkan membahayakan. DiIndia banyak kasus keguguran atau kelahiran sebelum waktunya pada musim panen karena wanita terus-terusan bekerja keras. Dibidang pertanian baik pria maupunwanita dapat terserang efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih berbahaya jika wanita dalam keadaan hamil, karena akan berpengaruh terhadap janin dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita bekerja di industri-industri misalnya panas yang berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan, bahan kimia, atau radiasi. Peran jender yang menganggap status wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan wanita juga kekurangan waktu, informasi, untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.

2.4 Wanita Di Tempat Kerja
Kesehatan reproduksi menjadi cukup serius sepanjang hidup, terutama bagi perempuan, selain karena rawan terpapar penyakit, juga berhubungan dengankehidupan sosialnya, misalnya kurangnya pendldikan yang cukup, kawin muda, kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja, menopause, dan masalah gizi (Baso dan Raharjo, 1999). Sebagaian besar perempuan bekerja keras setiap hari, memasak, membersihkan rumah demi kelangsungan hidup keluarga. Namun jika perempuan juga bekerja di luar rumah (mencari penghasilan), maka beban kerjanya menjadi rangkap. Beban kerja yang terlalu berat membuat seorang perempuan mengalami kecapekan dan mudah terserang penyakit. Terlebih lagi bila seorang perempuan tidak punya cukup waktu untuk istirahat dan tidak memperoleh cukup perhatian akan kondisi kesehatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji karakteristik wanita.
2. Mengkaji aktivitas kerja yang dilakukan oleh wanita yang bekerja di sektor.
3. Mengkaji aktivitas kerja yang dilakukan oleh wanita yang bekerja di sektor informal.
4. Mengkaji kondisi kesehatan reproduksi.
5. Mengkaji aktivitas kerja dan kondisi kesehatan reproduksi wanita. yang bekerja di sektor informal.

Hasil penelitian ini menunjukkan: sebagian besar responden berada pada kelompok usia 40-49 tahun. Sebagian besar telah tamat SMP. Dilihat dan aktivitas kerja sahagian besar responden 54,5% bekerja salama 7 hari/minggu. Dalam 1 hari sebagian besar bekerja kurang dari 6 jam sehari.\ Dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi usia pertaama kali menikah sebagian besar berusia 15-20 tahun dan 78,8% responden mempunyai anak setelah pernikahan. Hal ini menunjukkan tingkat kesuburan dari responden. Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian kecil responden belum mempunyai anak (belum pernah hamil dan mengalami keguguran). Dalam kaitan dengan pengaturan kehamilan sebagian besar tidak melakukan pengaturan terhadap kehamilan dan jumlah anak yang diinginkan. Kondisi ini dapat dimungkinkan antara lain kesempatan bekerja di luar rumah membuat responden mempunyai otonomi yang besar dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Sedangkan bagi responden yang mengatur kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi maka jenis kontrasepsi modern menjadi pilihannya baik atas pertimbangan sendiri maupun atas pertimbangan suami istri. Askes pelayanan KB maupun kesehatan reproduksi sebagaian besar pergi ke tempat pelayanan kesehatan. Sebagaian besar responden mengaku menstruasi pertama kali setelah usia lebih 12 tahun dan sebagian besar tidak mengalami sakit saat menstruasi dengan siklusantara 21-35 hari. Kondisi kesehatan reproduksi di tempat kerja menunjukkan belum banyak responden yang mendapatkan hak reproduksi sehat (cuti haid, kelahiran, dan pemberian ASI. Sedangkan aktivitas kerja di luar rumah tampak masih ada yang belum mempunyai anak. Untuk memelihara kesehatan manusia memerlukan kerja dan istirahat yang cukup sehingga tidak mudah sakit terutama yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

Dalam studi yang dilakukan di Finlandia antara tahun 1985 dan 1990, dimana para peneliti telah mensurvei lebih dari 6.000 pegawai negeri pria maupun wanita di Inggris yang tidak mengalami penyakit jantung koroner mengenai berapa jauh adil atau tidaknya perlakuan yang mereka terima dalam pekerjaan mereka, memperoleh fakta bahwa pada kenyataannya yang merasakan bahwa mereka diperlakukan secara adil jumlahnya 30 % lebih kecil dari para pekerja yang secara konsisten menyatakan dirinya mengalami ketidak adilan di tempat kerjanya.
Hanya mereka yang merasakan bahwa atasan mereka menghargai pandangan mereka, memperlakukan mereka dengan jujur, serta selalu menyertakan mereka dalam mengambil keputusanlah yang menyatakan tempat mereka bekerja adalah adil.
Sedang menurut Bruce Rabin, MD, PhD, seorang profesor bagian patologi dan psikiatri dari Universitas Pittsburgh Medical Center, tempat bekerja seseorang harus memiliki nilai yang positip bagi para pekerjanya.
Karena, jika seorang pekerja merasakan bahwa kehadirannya kurang dihargai, dan idenya cenderung diremehkan, maka pekerja tersebut akan mengalami resiko untuk mendapat penyakit jantung. Padahal tempat kerja seharus bahkan merupakan sesuatu yang penting nilainya bagi pekerjanya karena mampu menunjang kehidupannya sehingga menyelamatkan dirinya dari gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh stress.

Reaksi terhadap sikap teman sekerja

Para pekerja yang bereaksi terhadap hubungan interpersonal mereka yang buruk di tempat bekerjanya akibat sikap rekan sekerjanya yang menurut penilaiannya pasif atau bahkan terlalu agresif atau sikap dari atasannya yang tidak memuaskan, dapat menciptakan dampak dramatis yang akan memunculkan tingkat stres berikutnya.

Menurut Len Tuzman, DSW, seorang pakar dalam bidang stress management, ada orang-orang yang rentan sekali terhadap stress. Yaitu orang-orang yang selalu mengalami kesulitan dalam mengatur kehidupannya sehari-har serta kurang mampu dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi olehnya, hingga cenderung untuk memiliki tingkat kecemasan tinggi dan selalu hidup didalam ketidak pastian.

Bagaimana stress berdampak pada kesehatan.

Kita merasakan stress, dalam diri kita akan terjadi peningkatan konsentrasi hormon stres pada darah, yaitu peningkatan kadar kortisol serta norepinephrine.

Setiap orang pada dasarnya memiliki kerentanan organ yang berbeda terhadapnya, sehingga ada yang meresponnya sebagai rasa panik, dan ada juga yang merasakan sakit kepala oleh karenanya," kata John Garrison, PhD, direktur dari program manajemen stres pada Lahey Clinic di Burlington.

Stress juga dapat menyebabkan berbagai dampak pada kesehatan, misalnya menyulitkan dalam mengendalikan diabetes karena menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah sebagai respon dari tubuh dalam meningkatkan jumlah energi untuk mengatasi stres.

Stres dan Peningkatan Kadar Kolesterol

Cepat atau lambat, stres bahkan akan meningkatkan kadar kolesterol. Para peneliti Inggris yang mengevaluasi reaksi stres yang dialami oleh 199 orang pria dan wanita yang sehat telah menemukan kenyataan bahwa pada para peserta yang cepat bereaksi terhadap situasi yang emosional secara langsung pada dirinya terjadi peningkatan yang signifikan pada kadar kolesterol dalam darahnya.

Hal ini, mungkin merupakan sesuatu yang diakibatkan oleh karena stress memicu terjadinya peradangan pada tubuh yang mengakibatkan adanya peningkatan dalam produksi lipid (lemak).

Stres yang mempengaruhi kesehatan tidak sepenuhnya diakibatkan oleh reaksi fisiologis.

Stres juga akan mempengaruhi perilaku, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kesehatan. Kita tidak bisa dengan mudah menghindari seseorang yang membuat kita bermasalah. Karena itu manfaatkanlah hal tersebut untuk mempelajari bagaimana kita melihatnya dari sudut pandang yang lain dalam berinteraksi dengan mereka.

Cara Mengatasi Situasi Yang Menimbulkan Stres

Perbaiki hubungan dengan atasan dengan menghargai walau sekecil apapun dukungan yang telah diberikan oleh atasan. Belajarlah untuk membuat sebuah hubungan kerja. Jadi, jika tidak memiliki hubungan dengan seseorang usahakan untuk dapat menciptakannya. Belajarlah memahami serta mengevaluasi gaya rekan kerja. Berolahragalah sesuai kemampuan.
Lakukan teknik relaksasi yang disukai dari tehnik-tehnik yang tradisional hingga Tai Chi maupun meditasi untuk dapatmenemukan keseimbangan.

2.5 Pandangan Masyarakat terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita.
Dalam diskusi kelompok terarah (DKT) yang berkenaan dengan kesehatan reproduksi wanita, sebenarnya pandangan masyarakat terhadap hal tersebut. Kesehatan alat reproduksi sebenarnya bukanlah penting menurut mereka. Juga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa peristiwa mulai dari haid sampai perkawinan, hamil, melahirkan atau segala yang berkaitan dengan alat kelamin wanita adalah peristiwa alamiah dan tidak perlu dibesar-besarkan. Pandangan yang telah berurat berakar baik pada kelompok wanita dan masyarakat tidak terlepas dari peran jender wanita yang disosialisasikan bahwa wanita haru mendahulukan kepentingan-kepentingan di luar dirinya, dan bahkan sering mengabaikan kesehatannya sendiri. Definisi sehat dan sakit dalam pengertian masyarakat desa berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis yang menyatakan sakit adalah terganggunya salah satu organ tubuh dalam menjalankan fungsinya, dianggap masyarakat bukanlah sakit sepanjang masih dapat berjalan dan melakukan kegiatan seperti biasa. Berkaitandengan kesehatan reproduksi wanita, masyarakat beranggapan bahwa hal tersebut merupakan masalah “pribadi” yang bersangkutan.
Akibatnya banyak wanita jika mengalami penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksinya berusaha mengatasi sendiri, misalnya dengan obat tradisional atau jamu. Padahal masalahnya tidak sesederhana itu, jika penyakitnya sudah parah barulah mereka mencari pertolongan dokter, atau bidan. Hal lain yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi wanita, adalah mengenai kegiatan ber-KB. Masyarakat termasuk wanita yang .berusia subur beranggapan bahwa yang ber-KB adalah wanita. Meskipun laki-laki pun dapat ber-KB misalnya dengan metode vasektomi, tetapi baik wanita maupun laki-laki sama-sama keberatan. Alasan wanita adalah suami adalah tulang punggung keluarga dalam rnencari ekonomi rumah tangga. Jika terjadi apa-apa (misalnya suami sakit gara-gara ber-KB), siapa yang menangung biaya rumah tangga? Dalam hal ini wanita “mengalah” membiarkan dirinya ber-KB, meskipun kadangkala kesehatan tidak mengizinkan atau alat kontrasepsi sering tidak cocok. Alasan bagi laki-laki enggan ber-KB adalah dengan mendengar “issue” mereka akan mengalami kehilangan gairah seksual. Dengan asumsi seperti ini memang sukar menghilangkan “dogma” tersebut dalam pandangan lain yang sehubungan dengan kesehatan reproduksi wanita adanya sebaiknya dalam memeriksa adalah dokter, bidan atau petugas sesame wanita juga. Sebagian responden mengakui bahwa suami mereka menghendaki jika istri mereka terpaksa berobat ke puskesmas atau rumah sakit, terlebih dahulu cari dokter, bidan atau petugas kesehatan sesama wanita. Alasannya sangat janggal kalau alat reproduksi wanita “dilihat” oleh orang lain apalagi laki-laki lain. Kalau melahirkan masih dapat dimaafkan, tetapi kalau sekedar berobat atau memeriksa kehamilan sebaiknya dengan petugas sesama wanita.






















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Konferensi Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi tersebut.
3.2 Saran
Disarankan perlunya upaya penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi pada kelompok-kelompok tertentu yaitu wanita yang berkerja di sektor informal.