Kamis, 12 April 2012

Farmakologi - Anastesi (Materi Kebidanan dan Umum)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani an yaitu "tidak, tanpa" dan aesthētos yaitu "persepsi, kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada tahun 1777, dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogen-oksida dalam menghilangkan rasa sakit.
Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada pasiennya saat dicabut giginya.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anastesi?
2. Apa saja macam-macam anastesi?
3. Apa efek samping dari pemberian anastesi?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi dari anastesi?
5. Berapa dosis yang diberikan ?

C. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan anastesi.
2. Kita dapat mengetahui macam-macam dari anastesi.
3. Agar kita dapat mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari anastesi.
4. Agar kita dapat mengetahui berapa dosis yang diberikan
5. Kita dapat mengetahui efek samping dari anastesi.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anastesi
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani an yaitu "tidak, tanpa" dan aesthētos yaitu "persepsi, kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846..
Sejarah Anestesi
Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada tahun 1777, dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogen-oksida dalam menghilangkan rasa sakit.
Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran gigi di Baltimore College of Dental Surgery. Morton meneruskan kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa sakit.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.
Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat anestesi telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia. Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing mengklaim zat anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter bernama Crawford W. Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun 1842, empat tahun sebelum Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah menggunakan eter di setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya mempraktikkan untuk pasien-pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala, dokter Long tetap menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
B. Macam-Macam Anastesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:
• Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934).
• Benzodiazepine Intravena
• Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
• Etomidate (suatu derifat imidazole)
• Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai 'Debu Malaikat'/'PCP' (phencyclidine)
• Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)
• Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane, sevoflurane
• Opioid-opioid sintetik baru - fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil, sufentanil (1981), remifentanil, meperidine
• Neurosteroid
Beberapa tipe anestesi adalah:
1. Pembiusan total — hilangnya kesadaran total
2. Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
3. Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya
Anastesi Umum
Anastesi umum, adalah jenis anastesi (obatnya yang menyebabkan hilangnya sensasi). Hal ini digunakan untuk menghilangkan rasa sakit selama prosedur pembedahan. Anastesi umum benar-benar membuat kehilangan kesadaran sehingga opersai dapat dilakukan tanpa menyebabkan rasa sakit atau tertekan.
Anastesi Lokal
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran. Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
Macam-macam Anestesi Lokal
a. Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-ujung serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.
b. Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
c. Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.
Syarat Obat Anestesi Lokal
a. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
b. Batas keamanan harus lebar.
c. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa.
d. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama.
e. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.

C. Rangkaian Kagiatan Anastesi
. Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:
a) Mempertahankan jalan napas.
b) Memberi napas bantu.
c) Membantu kompresi jantung bila berhenti.
d) Membantu peredaran darah.
e) Mempertahankan kerja otak pasien.
Mekanisme Anestesi Lokal
1. Anastesi Lokal mencegah timbulnya konduksi impuls saraf.
2. Meningkatkan ambang membran, eksitabilitas berkurang dan kelancaran hantaran terhambat.
3. Anastesi Lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi ion Na & K dalam keadaan istirahat.
4. Meningkatkan tegangan permukaan selaput lipid molekule \

D. Efek Samping Anestesi
Meski demikian, sampai dengan tahun 1950, efek samping berbahaya dari anestesi banyak ditemui, misalnya saja gangguan irama jantung, gangguan pernapasan, tekanan darah rendah, mual, dan muntah.
Teknik anestesi modern memungkinkan para pasien bisa melakukan dioperasi dengan aman dan efek samping yang minimal. Seiring perkembangan pengetahuan, anestesi kini juga semakin efektif, bekerja cepat dan bisa dihentikan. Dokter juga bisa memilih anestesi lokal atau total. Namun, terkadang masih sering didengar cerita mengenai orang yang dibius total bisa mengingat apa yang terjadi di ruang operasi atau percakapan para dokter di ruang operasi. Beberapa juga mengaku bertemu dengan keluarganya yang sudah almarhum ketika mereka dalam kondisi tidak sadar. Misteri ini sampai sekarang belum dimengerti penyebabnya.
Riset yang dilakukan National Insitute of Health mengidentifikasi beberapa komponen yang sering dipakai dalam anetesi, yakni zat penenang, penghilang sakit, penghilang ingatan (amnesia), ketidaksadaran, serta zat penghilang gerakan.
Kini para ilmuwan juga telah mengembangkan obat-obatan yang bisa menyediakan salah satu atau beberapa elemen tersebut secara terpisah sehingga para dokter anestesi bisa membuat regimen penghilang sakit yang disesuaikan dengan pasien dan prosedur yang dilakukan.
Tugas para dokter anestesi sebenarnya bukan hanya mmebuat pasien "tertidur", tetapi juga membantu pasien pulih dari operasinya. Apalagi, proses membuat pasien "tertidur" dan bangun kembali sangatlah berbeda. Meski anestesi masa kini sudah semakin aman, para ilmuwan terus mencari formula anestesi terbaik. Hal tersebut bertujuan mendesain anestesi yang spesifik dan efektif untuk tiap pasien.
Riset dalam bidang anestesi juga diharapkan bisa menguak misteri tentang sakit, memori, kondisi seperti epilepsi dan koma, serta dunia bawah sadar.
Beberapa efek samping anastesi yang mungkin termasuk :
a. Merasa sakit dan muntah setelah operasi – sekitar 1 dari 3 orang mungkin merasa sakir setelah operasi, hal biasanya terjadi secara langsung. Beberapa kasus mungkin akan terus merasa sakit sampai berhari-hari.
b. Mengigil dan perasaan dingin – sekitar 1 dari 4 orang akan mengalami ini. Mengigil dapat berlangsung selama 20 – 30 menit setelah operasi. Kebingungan dan kehilangan memory – ini lebih umum pada orang tua dan biasanya bersifat sementara. Kebingungan kadang-kadang terjadi beberapa hari atau seminggu.
c. Infeksi – ini dapat terjadi 1 dari 5 orang yang menjalani operasi perut. Ini membuat perasaan demam (panas dan dingin) dan menyebabkan kesulitan bernafas.
d. Masalah kandung kemih – pria mungkin mengalami kesulitan buang air kecil dan perempuan mungkin bocor urin, ini lebih umum setelah anastesi spinal atau epidural.
e. Kerusakan saraf ringan sementara – ini dapat mempengaruhi 1 dari 100 orang dan menyebabkan mati rasa, kesemutan atau nyeri yang mungkin pulih dalam beberapa hari atau beberapa minggu untuk menghilangkannya.
f. Rasa pusing – dapat terjadi setelah operasi Anda, tetapi anda akan diberikan cairan untuk mengobati memar dan rasa sakit dapat berkembang di daerah di bagian yang telah disuntik atau diinfus, biasanya sembuh tanpa pengobatan selama operasi.
Keefektifan anestesi lokal tergantung pada :
a. Potensi analgesik dari agen anestesi yang digunakan.
b. Konsentrasi agen anestesi lokal.
c. Kelarutan agen anestesi lokal dalam : air ( misalnya : cairan ekstraseluler ) dan lipoid ( misalnya : selubung mielin lipoid ).
d. Persistensi agen pada daerah suntikan tergantung baik pada konsentrasi agen anestes lokal maupun keefektifan vasokonstriktor yang ditambahkan.
e. Kecepatan metabolisme agen pada daerah suntikan.
f. Ketetapan terdepositnya larutan dan dekat saraf yang akan dibuat baal.
g. Tergantung pula pada keterampilan operator dan variasi anatomi
Sering terjadi pasien ternyata dapat merasa dan sadar dari pengaruh bius akibat obat pembius yang tidak bekerja dengan efektif. Secara statistik, Dr. Peter Sebel, ahli anestesi dari Universitas Emory yang dikutip Time terbitan 3 November 1997 mengungkapkan bahwa dari 20 juta pasien yang dioperasi setiap tahunnya di Amerika Serikat, 40.000 orang mengalami gejala siuman tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, dalam pertemuan tahunan sekitar bulan Oktober 1997, Persatuan Dokter Ahli Anestesi Amerika ditawari suatu alat yang disebut Bispectral Index Monitor yang akan memberi peringatan bahwa pasien yang sedang dioperasi mengalami gejala siuman atau menjelang "bangun dari tidurnya".Penemu alat tersebut adalah Dr. Nassib Chamoun, seorang dokter ahli saraf (neurologist) asal Yordania. Dengan menggunakan prinsip kerja dari alat yang sudah ada, yaitu piranti yang disebut EEG (Electroencephalography). Alat yang ditemukan Dr. Chamoun itu mampu memonitor potensi listrik yang ditimbulkan oleh aktivitas "jaringan otak manusia".
Alat ini dapat menunjukkan derajat kondisi siuman pasien yang sedang menjalani suatu pembedahan. Angka "100" menunjukkan pasien dalam keadaan "siuman sepenuhnya". Bila jarum menunjukkan angka "60" berarti pasien dalam kondisi "siap untuk dioperasi". Angka "0" menandakan pasien mengalami "koma yang dalam".
Dengan mengamati derajat siuman dari alat ini, dokter anestesi dapat menambahkan obat pembiusan apabila diperlukan, atau memberikan dosis perawatan kepada pasien yang telah mengalami kondisi ideal untuk dilakukan operasi. Di samping itu, dokter bedah dapat dengan tenang menyelesaikan operasinya sesuai rencana yang telah ditetapkan.

E. Indikasi / Kontraindikasi Obat Anastesi
Indikasi Anastesi Lokal
1. Tindakan pembedahan yang menyebabkan rasa nyeri seperti pencabutan gigi,gingivektomi, bedah periodontal,pulpektomi, poulpotomi, alveloplasty, bonegrafting, implant gigi, gingivoplasti, perawatan fraktur rahang, pengembalian gigiavulse, removal tumor dan kista.
2. Mengurangi rasa nyeri saat penetrasi jarum pada mukosa mulut ( untuk anestesitopical).
3. Inisisi abses.
4. Pasien yang sangat sensitive mencetak rahang
5. Mengurangi nyeri pasca operasi
Kontraindikasi Anastesi Lokal
a. Adanya infeksi akut pada daerah operasi (karena dapat menyebabkan penyebaraninfeksi melalui rusaknya daya pertahanan alami dan jarang dapat menimbulkanefek anastesi).
b. Penderita penyakit gangguan darah yang langka seperti hemofilia, penyakitChrsitmas atau penyakit von Willebrand (karena akan timbul resik terjadinyaperdarahan di daerah injeksi atau suntikan).
c. Terdapat inflamasi pada daerah tempat penyuntikan.
d. Keadaan lingkungan periodontal yang tidak memungkinkan pemberian anestesilokal yang sempurna.
e. Anak-anak di bawah umur yang tidak mengenal dan tidak mengerti akibat anestesi.
f. Pada penderita yang lemah saraf dan penakut.
g. Pasien yang tidak dapat membuka mulut dengan lebar, misalnya pada keadaantrismus, fraktur tulang rahang, ankilosis temporomandibula, dll.
h. Pasien yang alergi terhadap bahan anestesi lokal.
i. Pasien dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol (misal diabetes tidakterkontrol).
j. Pasien yang tidak kooperatif.
k. Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau mendukung tekniktertentu.
l. Jika dibutuhkan anestesi segeraatau tidak cukup waktu untuk anestesi lokal untukbekerja secara sempurna.
m. Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.
n. Efek merugikandari berbagai anas anastesi local modern terhadap kehamilanbelum terbukti. Tetapi diperkirakan vasokonstriktor relypressin mempunyai efekoksitoksik ringan, sehingga dapat menganggu sirkulasi fetus dan mempercepatkelahiran. Umumnya anastesi pada ibu hamil cukup aman asalkan diberikandengan hati-hati. Namun sebaiknya dibatasai perawatan yang hanya diperlukansaja, operasi dan restorasi ditunda setelah persalinan.

F. Dosis Anastesi
1. Ether
 Kemasan = Cairan volatile.
 Dosis = Induksi : 2 – 15 vol%. Anestesi ringan : 3 - 5 vol%. Anestesi dalam : 5 – 6 vol%. Kontrol dengan pelumpuh otot : 2 – 4 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Iritasi mukosa saluran napas, rangsang sekresi bronkus, bronkodilatasi, peningkatan tekanan darah, relaksasi otot sekletal, penurunan tonus otot usus, mual muntah post anestesi, RBF dan GFR menurun, peningkatan kadar glucose.
2. Halothane
 Kemasan = Cairan volatil
 Dosis = Induksi : 2 – 4 vol%. Rumatan : 0,5 – 2 vol%.
 Farmakokinteik = -
 Reaksi obat = Depresi korteks cerebral dan medula, peningkatan CBF dan CSS, efek analgesik kurang, vasodilatasi sehingga hipotensi, bradikardia, peningkatan kepekaan myocard terhadap katekolamin, depresi jantung, relaksasi yang moderat, bahaya terhadap janin, hepatotoksik ringan.
3. Enflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Mendepresi SSP, efek epileptiform, peningkatan aliran darah ke otak, depresi myocard, depresi ventilasi, relaksasi yang moderat.
4. Isoflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Depresi pernapasan, TV dan RR menurun, dilatasi bronkus, hipotensi karena penurunan resistensi perifer, relaksasi otot baik, potensial menyebabkan gangguan ginjal karena efek flourida.
5. Sevoflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Hipotensi, aritmia, depresi pernapasan, peningkatan aliran darah ke otak dan tekanan intrakranial, gangguan fungsi ginjal, hipertermia maligna.
6. N2O
 Kemasan = Gas berbentuk cair dalam silinder berwarna biru.
 Dosis = Diberikan pada perbandingan 50 – 70 % dengan O2 Dihentikan 10 menit sebelum operasi selesai.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Menyebabkan hipoksia difusi, zat anestetik yang lemah namun analgesianya kuat, sirkulasi dan pernapasan tidak banyak terpengaruh.
7. Penthotal
 Kemasan = Serbuk dalam vial 500 mg dan 1 gr Inj. 25 mg/ml.
 Dosis = Induksi i.v 3 – 5 mg/kg BB
 Farmakokinetik =.iv onset : 10 – 20 detik. peak : 30 - 40 detik. duration : 5 - 15 menit.
 Reaksi obat = Metabolisme otak menurun, hipotensi sementara, tachicardia, depresi napas dengan premedikasi opioid, kepekaan terhadap CO2 menurun, rangsangan parasimpatis (hidung tersumbat, batuk, bronchospasme, spasme laring), nyeri dan nekrosis pada injeksi di luar vena, depresi napas janin.
8. Ketamin
 Kemasan = Vial 500 mg dan 1 gr. Inj. 10 mg/ml.
 Dosis = Induksi i.v 1 –2 mg/kg BB, i.m 5 – 10 mg/kg BB. Batas sistole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg.
 Farmakokinetik = i.v onset : < 30 detik. peak : 1 menit. duration : 5 – 15 menit. i.m onset : 3 – 4 menit. peak : 5 – 20 menit. duration : 12 – 25 menit.
 Reaksi obat = Nyeri per i.m, hipersalivasi, mual muntah, anestesi assosiatif, TIK dan TIO meningkat, hipertensi, tachicardia, relaksasi kurang, analgesik kuat, peningkatan CO, merangsang pengeluaran katekolamin sehingga hati-hati kombinasi dengan halotan, hati-hati pada asma.
9. Profopol
 Kemasan = Cairan emulsi lemak dalam ampul 10 mg/ml.
 Dosis = Induksi 2 – 2,5 mg/kg BB. Maintenance 0,1 – 0,2 mg/kg BB. Tidak boleh dicampur dengan ringer laktat. Dapat dicampur dengan lidokain untuk mengurangi nyeri induksi dengan dosis 0,1 mg/kgBB.
 Farmakokinetik = iv onset : dalam 40 detik. Peak :1 menit duration : 5 – 10 menit. Kontraindikasi : Pada alergi telur dan kacang kedelai.
 Reaksi obat = Hati – hati pada gangguan napas, hipovolemia dan kelainan metabolisme lemak, bradikardia atau tachikardia, mual muntah, hati – hati pada sectio, peningkatan TIK, kurangi dosis pada manula, hipovolemikjuga pada penggunaan narkotik dan hipnotik sedative.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Anastesi merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Tipe Anastesi terdiri atas : a. Pembiusan total, b. Pembiusan regional, c. Pembiusan Lokal.
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran.
Anastesi lokal terdiri atas : a. Anastesi topikal, b. Anastesi infiltrasi, c. Anastesi Blok.

Kata Pengantar
DEPKES RI Farmakotherapi.
Dewi Marthaningtyas. 2005. "Terbius Memburu Paten Gas Tertawa". Cakrawala.
Jordan, Sue. 2009. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC
Suryanto,dr (1998): "Trauma selama dan setelah operasi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar